PELAJARAN MENCINTA

Sabtu, 21 Januari 2012

Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya.
Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka.
Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.                  
 Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan
bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah hal yang sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya.
Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: "Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai."
Hal ini mengingatkan saya akan buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan Perempuan  itu diukur bukan oleh perempuan itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai perempuan jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan perempuan-perempuan telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya. Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet.  Jika target kita dalam hidup ialah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan karena kecintaan makhluk itu bersifat sangat sementara atau temporer.
Seorang istri, yang berusaha keras untuk meraih cinta suaminya, akhirnya akan menemukan bahwa cinta suaminya itu datang dan pergi. Suaminya tak mencintai ia untuk sepanjang masa. Ada masa ketika cinta suaminya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula sebaliknya, seorang suami tak akan memperoleh cinta yang kekal dari istrinya. Kecintaan manusia takkan pernah ada yang abadi. Selama ini kita diajari bahwa proses mencintai itu bukanlah proses pembelajaran, melainkan proses "kecelakaan". Kita mengenal istilah "jatuh cinta" atau fall in love, bukannya "belajar mencinta" atau learn to love. Disebut "jatuh" karena kita menganggap mencintai sebagai suatu kecelakaan yang tidak direncanakan sebelumnya.
Untuk mampu mencintai, kita harus mulai belajar dari mencintai makhluk Allah; dengan mencintai pasangan kita, anak-anak kita, ataupun kendaraan kita. Itulah pelajaran mencintai tahap dasar, pelajaran cinta dalam tingkatan yang paling awal. Cinta semacam itu adalah cinta yang dimiliki oleh anak-anak kecil. Mereka selalu mencintai hal-hal yang bersifat kongkrit atau lahiriah..
Kita harus mengembangkan kepribadian kita ke tingkat yang lebih baik agar kita tak hanya terjebak untuk mencintai hal-hal yang kongkrit saja. Di saat itulah kita dapat menempuh pelajaran yang lebih tinggi.  Selanjutnya kita harus berusaha untuk mencintai hal-hal yang lebih abstrak. Sebuah hadis yang amat kita kenal meriwayatkan sabda Nabi Muhammad saw, "Cintailah Allah atas segala anugerah-Nya kepadamu, cintailah aku atas kecintaan Allah kepadaku, dan cintailah keluargaku atas kecintaanku kepada mereka." Dalam hadis ini Rasulullah saw menurunkan tiga kecintaan; kepada Allah swt, Rasulullah swt, dan ahlul bait Nabi. Rasulullah saw juga ingin mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan kecintaan kepada hal-hal kongkrit dan menuju kecintaan kepada hal yang abstrak. Nilai tasawuf yang paling penting adalah kecintaan kepada Allah swt. Mulailah kita belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasul-Nya dan belajar mencintai Rasul-Nya dengan mencintai ahlul bait Nabi. Bila kita ingin berhasil mencintai ahlul bait Nabi, belajarlah dengan mencintai kaum fuqara dan masakin.
Jika kita telah mampu belajar mencintai Allah swt, Rasul-Nya, ahlul bait, serta kaum fuqara dan masakin, maka hal itu telah cukup menjadi bekal bagi kita, dibandingkan dengan seluruh dunia dan segala isinya. (penulis Ery Angga)
 



0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 21 Januari 2012

PELAJARAN MENCINTA

Dalam buku The Art of Loving, atau Seni Mencinta, Erich Fromm menulis bahwa para manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Penderitaan tersebut diakibatkan karena kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya.
Para istri berjuang untuk menguruskan tubuh mereka agar dicintai oleh para suami mereka.
Para politisi tidak segan-segan berdusta dan menipu orang agar dicintai oleh para pemilih dan pengikut mereka.                  
 Yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya upaya untuk mencintai. Dalam dunia modern, kita menemukan
bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah hal yang sangat sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang yang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang; yang mencintai dan yang membenci dirinya.
Oleh sebab itu, manusia modern mengalami gangguan psikologis karena kegagalan untuk dicintai. Buku The Art of Loving mengisahkan para istri yang akhirnya harus mengisi malam-malam mereka dengan tangisan dan penderitaan karena tak kunjung memperoleh cinta suami mereka. Pada satu bagian dalam buku itu, Fromm menulis: "Mungkin sudah waktunya kita beritahu mereka untuk belajar mencintai."
Hal ini mengingatkan saya akan buku lain yang berjudul The Mismeasures of Women, atau Kesalah-ukuran Perempuan. Buku ini bercerita bahwa sepanjang sejarah, kecantikan Perempuan  itu diukur bukan oleh perempuan itu sendiri, melainkan oleh kaum lelaki. Pernah pada satu masa, yang disebut sebagai perempuan jelita adalah perempuan yang bertubuh gemuk. Lukisan-lukisan di zaman Renaissans menggambarkan perempuan-perempuan telanjang dengan berbagai gumpalan lemak di tubuh mereka. Pada zaman itu, perempuan berusaha menggemukkan tubuhnya dengan obat-obatan, yang terkadang amat berbahaya, agar dianggap rupawan dan dicintai lawan jenisnya. Lalu datanglah satu masa ketika seorang perempuan disebut cantik bila tubuhnya kurus kering. Dunia kecantikan internasional pernah mengenal seorang model ternama yang disebut dengan Miss Twiggy, Nona Ranting. Perempuan cantik adalah mereka yang bertubuh seperti ranting kayu, tinggi dan langsing. Seluruh perempuan di dunia kemudian berlomba-lomba menguruskan tubuhnya dengan menahan nafsu makan dan melaparkan diri. Mereka melakukan puasa yang khusus dijalankan untuk memperoleh kecintaan lelaki; mereka menyebutnya diet.  Jika target kita dalam hidup ialah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan karena kecintaan makhluk itu bersifat sangat sementara atau temporer.
Seorang istri, yang berusaha keras untuk meraih cinta suaminya, akhirnya akan menemukan bahwa cinta suaminya itu datang dan pergi. Suaminya tak mencintai ia untuk sepanjang masa. Ada masa ketika cinta suaminya berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Demikian pula sebaliknya, seorang suami tak akan memperoleh cinta yang kekal dari istrinya. Kecintaan manusia takkan pernah ada yang abadi. Selama ini kita diajari bahwa proses mencintai itu bukanlah proses pembelajaran, melainkan proses "kecelakaan". Kita mengenal istilah "jatuh cinta" atau fall in love, bukannya "belajar mencinta" atau learn to love. Disebut "jatuh" karena kita menganggap mencintai sebagai suatu kecelakaan yang tidak direncanakan sebelumnya.
Untuk mampu mencintai, kita harus mulai belajar dari mencintai makhluk Allah; dengan mencintai pasangan kita, anak-anak kita, ataupun kendaraan kita. Itulah pelajaran mencintai tahap dasar, pelajaran cinta dalam tingkatan yang paling awal. Cinta semacam itu adalah cinta yang dimiliki oleh anak-anak kecil. Mereka selalu mencintai hal-hal yang bersifat kongkrit atau lahiriah..
Kita harus mengembangkan kepribadian kita ke tingkat yang lebih baik agar kita tak hanya terjebak untuk mencintai hal-hal yang kongkrit saja. Di saat itulah kita dapat menempuh pelajaran yang lebih tinggi.  Selanjutnya kita harus berusaha untuk mencintai hal-hal yang lebih abstrak. Sebuah hadis yang amat kita kenal meriwayatkan sabda Nabi Muhammad saw, "Cintailah Allah atas segala anugerah-Nya kepadamu, cintailah aku atas kecintaan Allah kepadaku, dan cintailah keluargaku atas kecintaanku kepada mereka." Dalam hadis ini Rasulullah saw menurunkan tiga kecintaan; kepada Allah swt, Rasulullah swt, dan ahlul bait Nabi. Rasulullah saw juga ingin mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan kecintaan kepada hal-hal kongkrit dan menuju kecintaan kepada hal yang abstrak. Nilai tasawuf yang paling penting adalah kecintaan kepada Allah swt. Mulailah kita belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasul-Nya dan belajar mencintai Rasul-Nya dengan mencintai ahlul bait Nabi. Bila kita ingin berhasil mencintai ahlul bait Nabi, belajarlah dengan mencintai kaum fuqara dan masakin.
Jika kita telah mampu belajar mencintai Allah swt, Rasul-Nya, ahlul bait, serta kaum fuqara dan masakin, maka hal itu telah cukup menjadi bekal bagi kita, dibandingkan dengan seluruh dunia dan segala isinya. (penulis Ery Angga)
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar